Entah darimana aku meyakini hati ini untuk
menjadikan engkaulah orang yang tepat untuk hidupku. Entah berapa lama aku
mulai memperhatikanmu. Entah darimana rasa ini muncul. Entah seberapa kali aku
memimpikanmu. Uuuh entahlah aku tak mengerti apa yang ada pada diriku ini.
Mungkin aku tak mengetahui secara jelasnya aku
mengenal dirimu. Tak sedetailnya aku menceritakan tentang awal permulaan kita
bertemu. Aku mengenalmu telah lama. Kedekatanmu pada keluargaku yang membuat
kita sering bertemu. Tapi berat rasanya aku mengucapkan sepatah kata kepadamu.
Mulutku seakan terasa tertutup. Hanya senyumanmu yang membuat detak jantung ini
berdegup kencang. Aku tak tahu darimana perubahan ini berasal. Aku hanya bisa
menatapmu dari kejauhan.
Hingga akhirnya rasa antara kita muncul. Kita
memberanikan menanamkan rasa ini dalam sebuah ikatan di segala perbedaan.
Perbedaan yang sangat terbaca didepan mata bagi yang melihatnya. Tapi aku
sendiri tak mempersalahkan perbedaan itu. Karena rasa cintaku padamu
mengalahkan segalanya. Hari-hari indahpun kita mulai. Dengan segala berbagai
kekurangan dan kelebihan pda diri kita. Dengan cara diam-diam untuk
menyembunyikan tentang hubungan kita. Rasa takut dan sakit sering menghantui
kita berdua.
Hingga akhirnya hubungan kita pun diketahui oleh
mereka. Mereka yang sangat kita takuti. Bagaikan tertusuk pedang hati ini saat
kedua orangtuaku mengetahuinya. Dengan sikap dan perkataan orangtuaku yang
sangat menolak akan kehadiranmu. Masa lalumu yang selalu membayangi pola pikir
orangtuaku. Disaat itulah aku terpuruk, aku tak tahu harus memilih yang mana.
Apa hubungan ini harus sampai disini? Apakah aku harus mendustakan janji antara kita berdua ? Apakah harus kubuang
jauh-jauh rasa cinta ini kepadamu ?
Tuhan, bantulah aku. Tuhan kuatkan diriku. Waktu-waktu
pun silih berganti, dengan semangat dan dorongan aku berusaha bersikap tegar
menghadapi masalah ini, aku yakin Tuhan tidak tidur, Tuhan selalu memberikan
hadiah istimewa untuk hambaNya. Hanya doa yang hanya bisa kutitipkan untuk
dirinya.
Hingga akhirnya hati orangtuaku luluh dengan
kekuatan cinta kita berdua. Dengan segala pengorbanannya meyakinkan kedua
orangtuaku. Masa-masa indahku pun dimulai. Tak ada hari yang tak terlewatkan
bersama dirinya. Bagiku berada dekat dengannya merupakan hadiah yang sangat
menyenangkan. Doaku saat ini aku tak mau berpisah dengannya.
Masa indahku berubah dengan masa buruk
kembali. Kenapa aku bilang seperti itu, karena dia akan pergi meninggalkan aku.
Walau dia pergi untuk menuntut ilmu, tapi entah apa hati ini tak rela
melepaskannya. Waktu pun datang, waktu di saat dia pergi ke kota nan jauh.
Kecamukan hati ini mendera begitu ganasnya. Oh Tuhan cobaan apalagi ini,
kuatkah saat ini aku melewati hubungan jarak jauh ini ?
Yah walaupun jauh, komunikasi kita terus
berjalan. Aku sangat menunggu waktu yang tepat untuk kedatangannya. Dan akhirnya terdapat suatu
hari dimana dirinya menjanjikan untuk menemuiku. Betapa bahagia nya aku Tuhan.
Aku siapkan diri ini untuk menyambutmu kekasihku. Disaat gejolak hati ini
berbahagia, sebuah pesan singkat masuk di dalam ponselku. Aku pun membacanya,
dan berita kecewa pun datang bahwa kamu tidak bisa mendatangi kota dimana aku
berada. Betapa kesalnya hati ini membacanya dan kenapa kamu dengan mudahnya
mengatakan itu sayang ?
Waktu-waktu pun berlalu begitu saja, entah
kebosenan dan kemurungan hati ini kepadamu. Lama-lama aku sudah tidak
bersemangat dengan dirimu. Begitu pun kamu, semakin cuek dengan diriku ini. Aku
sangat menunggu dengan penuh harap tentang segala kabarmu di tanah rantau sana.
Tetapi engkau tak peduli dengan harapan aku padamu. Seakan-akan kamu telah
menemukan keindahan di tanah rantau sana.
Hingga akhirnya tali hubungan ini terputus,
tak ada ikatan lagi antara kita. Kamu telah menemukan bunga mawar di tanah
rantau. Kamu telah mengecawakan aku. Bunga mawar yang selalu ada pada dekatmu
saat ini. Aku ? apa kabar denganku ini ? apakah kamu menanyai perasaanku sayang
?
Aku masih sayang padamu, aku masih menunggumu.
Oh Tuhan tolonglah kuatkan hati ini menerima segala kenyataan yang pahit ini.
Aku sudah mengenalmu sangat lama. Orangtua kita telah menyetujui kita berdua.
Tetapi kamu lebih memilih dia. Ada apa denganmu ? Kenapa kamu berubah sayang ?
Aku kangen dengan kamu yang dulu ?
Hari-hariku berjalan dengan seperti biasa. tak
ada yang istimewa, aku berusaha untuk tetap berdiri dan menatap masa depan
tanpa kehadiranmu. Tak ada kabar darimu, bukan masalah dalam diriku ini. Aku
berupaya untuk tetap mendoakanmu dari kejauhan. Betapa kangen ini mendera dalam
diriku. Aku ingin mendapatkan kabarmu saja itu telah cukup. Tiap hari aku hanya bisa memantaumu dari kejauhan. Aku
hanya bisa melihat kegiatanmu dari media sosial yang masih menghubungkan kita.
Aku kangen, aku tidak tahu bagaimana mengobati
kangen ini. Aku hanya bisa berpasrah dan berdoa kepada Tuhan. Aku ingin kamu di
dekatmu. Tuhan titipkan segala doa-doaku untuk dia. Salamkan asma ini
kepadanya.